Jakarta – Terganggunya ekosistem Tomcat disinyalir menjadi salah satu sebab merebaknya serangga kumbang tersebut ke pemukiman penduduk. Demikian dikatakan Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Litbang), Dr.Ir. Haryono, M.Sc di Jakarta beberapa waktu lalu. Menurutnya, fenomena munculnya serangan Tomcat sudah ada sejak dulu. Bahkan, serangga tersebut biasa ada di sekitar rumah karena hidupnya banyak pada tumbuhan dan rumput-rumputan. “Kumbang ini sudah ada sejak lama. Jadi bukan serangan baru dan tidak mematikan,” katanya.
Dr. Ir. Haryono, M.Sc memprediksi, munculnya serangan serangga ini lebih banyak karena adanya perubahan iklim, terutama saat memasuki musim pancaroba. Tapi biasanya setelah musim pancaroba selesai, serangga tersebut dengan sendirinya akan menghilang. “Fenomena perubahan iklim memang bisa mempengaruhi pertumbuhan serangga dan hama,” katanya. Selain itu, terganggunya ekosistem akibat alih fungsi lahan pertanian ke non pertanian, seperti perumahan membuat serangga Tomcat memasuki wilayah pemukiman penduduk.
Pada kesempatan yang sama, Peneliti Utama bidang Hama dan Penyakit Badan Litbang Pertanian, Deciyanto Soetopo mengatakan, dari sisi pertanian sebenarnya serangga ini bermanfaat karena membantu petani membasmi hama wereng yang banyak merusak tanaman padi. Karena itu tidak ada keinginan dari pemerintah untuk membasmi secara massal serangga tersebut, terutama yang berada di ekosistem pertanian.Jika ada upaya membasmi besar-besaran serangga ini, maka dikuatirkan akan mengganggu ekosistem. Dampaknya justru hama yang selama ini jadi makanan serangga Tomcat seperti wereng malah berkembang besar. “Jadi harus hati-hati dalam menangangi serangga yang memang sudah ada disekitar kita,” jelasnya.
Masyarakat Diminta Jangan Panik
Sementara itu, menanggapi maraknya serangan Tomcat, Pemerintah menghimbau agar masyarakat tidak perlu panik. Karena kumbang ini tidak menggigit atau menyengat. Namun jika diganggu akan mengeluarkan racun yang disebut pederin. Racun ini memang bisa menimbulkan iritasi serius pada kulit, sehingga kulit bisa terlihat seperti terbakar.
Untuk itu, masyarakat diminta lebih arif mengatasi wabah Tomcat ini. Jika Tomcat ini menempel pada kulit, maka jangan digerus atau dihancurkan. Tapi cukup dengan mengusir secara halus, misalnya dengan ditiup atau dihalau secara hati-hati agar tidak mengeluarkan racun.
Namun jika sudah terkena racun, maka pertolongan pertama yang bisa dilakukan adalah dengan mencuci daerah yang terkontaminasi serangga tersebut dengan air sabun agar racunnya dapat diminimalisir. Perlu diketahui, racun ini tidak menular atau menyebar ke bagian lain (bersifat iritasi kulit lokal) dan tidak sampai mematikan bagi manusia.
Sumber: Biro Umum dan Humas