Tikus merupakan hama utama pada tanaman padi. Akibat serangan hama tikus ini sangat merugikan bagi petani. Tikus menyerang padi pada semua stadia pertumbuhan padi mulai dari persemaian sampai padi menjelang panen.
Tikus sawah mempunyai kemampuan reproduksi yang tinggi. Periode perkembang-biakan hanya terjadi pada saat tanaman padi periode generatif. Dalam satu musim tanam padi, tikus sawah mampu beranak hingga 3 kali dengan rata-rata 10 ekor anak per kelahiran. Tikus betina relatif cepat matang seksual (±1 bulan) dan lebih cepat daripada jantannya (±2-3 bulan). Cepat/lambatnya kematangan seksual tersebut tergantung dari ketersediaan pakan di lapangan. Masa kebuntingan tikus betina sekitar 21 hari dan mampu kawin kembali 24-48 jam setelah melahirkan (post partum oestrus).
Terdapatnya padi yang belum dipanen (selisih hingga 2 minggu atau lebih) dan keberadaan ratun (Jawa : singgang) terbukti memperpanjang periode reproduksi tikus sawah. Dalam kondisi tersebut,anak tikus dari kelahiran pertama sudah mampu bereproduksi sehingga seekor tikus betina dapat menghasilkan total sebanyak 80 ekor tikus baru dalam satu musim tanam padi. Dengan kemampuan reproduksi tersebut, tikus sawah berpotensi meningkatkan populasinya dengan cepat jika daya dukung lingkungan memadai (BBPadi).
Sumber : BBPadi Sukamandi
Begitu merugikanya serangan tikus ini sehingga tikus harus dikendalikan sejak dini. Salah satu cara pengendalian tikus yang dianjurkan adalah dengan Sistem Bubu Perangkap / Trap Barrier System (TBS) yang dilakukan pada daerah endemik tikus. Teknik pengendalian tikus dengan sistem bubu perangkap ini dapat anda saksikan secara audiovisual pada video yang ada di bawah ini yang merupakan produksi dari Balai Besar Tanaman Padi (BBPadi) Sukamandi.
(Video : BBPadi Sukamandi, sumber : Youtube.com)
Mudah-mudahan video teknik pengedalian tikus dengan sistem bubu perangkap / Barrier Trap System ini dapat menjadi bahan bagi anda untuk mengendalikan tikus terutama bagi anda yang daerahnya merupakan endemik tikus.